MEMUNGUT KOPI PAHIT

Suhandayana 

MEMUNGUT KOPI PAHIT 



kereta pagi tak lagi mendengar salam
semenjak bapak dipaksa pulang tanpa upah
hening di rumah, menatap toples beras terkuras
setiap tegukan kopi tersengat angka utang mingguan
tumpah, menyerapah

duri membelukar di kepala bapak
menawar denting turbin gerai-gerai daring
digit tabungan hampir tak bersisa
mengusir gemuruh asap rencana belanja

pintu sedikit terbuka
nampak pepohonan berubah, memerah
jalan raya, bangku taman ngangut
dihinggapi laskar serangga nanar
meranggasi daun-daun harapan
yang mengepompong dalam sepatu buruh

kata pahit, hanya diam di kerongkongan
punggung tua memungut ampas kopi
yang mengeram di ketiak rerumputan


AKUNDAstudio, 27 Oktober 2021 



Antologi Puisi Siraman, Eko Setyawan , dkk., CV. Insan Paripurna, 2022, h. 23. 



*



Finalis Puisi Terbaik | Peserta | 


No. 20 - Finalis 30 Puisi Terbaik: 
Suhandayana, Memungut Kopi Pahit (2021), h. 23. 

No. 34 - Finalis 50 Puisi Terbaik: 
Suhandayana, Jihat Sang Debu (2021), h. 38. 

No. 116 - Finalis 200 Puisi Terbaik: 
Suhandayana, Gelisah Kota Pesisir (2021), h. 121. 

*



AKUNDAstudio | AKUNDA.net


.

La PERSADA Nusantara

La PERSADA Nusantara
LaPERSADA Group - icon

Kompilasi Grafis

Kompilasi Grafis
Images: ISTIMEWA