LIR HANDAYA PASEBAN JATI
oleh
Dr. K.H. Ahmad Darodji, M.Si. (Ketua Umum MUI Jawa Tengah)
KH Ahmad Darodji. (suaramerdeka.com / dok pribadi)
Mengalirkan hidup pada tuntunan Tuhan atau pada tuntunan Ilahi. Kita bersyukur bahwa kita terlahir sebagai bangsa yang religius.
Ada kesadaran ilahiah dalam semua aspek kehidupan kita. Karena itu apapun yang kita lakukan, kita selalu percaya bahwa kata akhir ada pada kehendakNya.
Bersyukurlah kita bahwa apa yang Dia berikan adalah yang terbaik bagi kita.
Mungkin pemberianNya itu sementara terasa pahit tetapi beberapa saat kemudian, barangkali lewat perenungan dan sebagainya kita temukan bahwa itu memang yang terbaik untuk kita.
Bukankah kita merasakan sakit ketika dokter menyuntikkan obat atau vaksin kepada kita.
Ternyata beberapa saat kemudian kita mendapat manfaat yang jauh lebih besar. Kepercayaan ilahiyah, bahwa Tuhan adalah Maha segalanya.
Dia amat sayang kepada kita,membuat kita pasrah pada kehendakNya dan yakin bahwa Dia hanya berkeinginan baik untuk kita.
Dialah tumpuan hidup kita sehingga sering kalau ditanyakan kepada kita apa rencana besarmu, kita menjawab "biar saja mengalir sesuai yang Dia kehendaki".
Sikap begini disebut dengan tawakal. Nah satu atau dua hari lagi setelah tulisan ini diturunkan kita akan melaksanakan puasa Ramadan.
Cegah dahar lawan guling, kata para sepuh. Meninggalkan makan minum di siang hari, serta tidak mengisi siang hanya untuk tidur.
Ada sindiran bagi mereka yang "mengganti siang menjadi malam" yakni siang hari digunakan untuk tidur melulu dan "malam menjadi siang" yakni malam digunakan untuk memperbanyak makan dan minum.
Orang yang benar puasanya tetap akan bekerja.
Kelebihannya adalah ketika dia berpuasa itu dia memperbanyak bersedekah, berdzikir, bertafakur dan membaca Al Qur'an.
Di tengah puasanya dia tetap bekerja meskipun mungkin produktifitasnya secara fisik tidak sebesar biasanya.
Harus diakui, besar atau kecil hal itu akan terasa berat bagi kita. Tetapi itu kita lakukan. Mengapa. Ya karena kita "mengalir" itulah.
Karena kita percaya bahwa Tuhan hanya bermaksud baik kepada kita. Di antaranya kita menjadi lebih sehat fisik maupun mental.
Kita juga menjadi sadar betapa kecil dan terbatasnya kita. Kita sadar bahwa kita tidak bisa hidup sendiri.
Kita membutuhkan kepada yang lain, sehingga kita tidak merendahkan kepada yang lain. Kita menjadi lebih disiplin dan berbagai kebaikan yang lain.
Utamanya kita menjadi "lebih dekat" kepadaNya. Selain puasa kita laksakan dengan penuh ketaatan, shalat kita lebih banyak dan lebih bagus.
Begitu juga bacaan Qur'an kita, sedekah kita, pemberian maaf kita dan semua perbuatan serta ucapan kita yang membuat kita seakan menjadi bayi yang baru lahir dari rahim ibu. Tanpa noda, tanpa dosa.
Dan menjadi makhluk baru yang lebih indah seperti ulat yang berpuasa dengan menjadi kepompong kemudian lahir menjadi kupu-kupu, makhluk indah yang amat bermanfaat.
Lir handaya paseban jati itu, seharusnya tidak hanya kita aplikasikan dengan menjalankan puasa di bulan Ramadan, tetapi terwujud dalam segenap kehidupan.
Dalam hadis riwayat At Tirmidzi dari Umar bin Khattab r.a Rasulullah bersabda yang artinya:
"sungguh sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki seperti rizkinya burung-burung. Mereka berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang".
Editor: Rosikhan Anwar
Source:
- https://www.suaramerdeka.com/religi/pr-043103369/lir-handaya-paseban-jati 31 Maret 2022 21:47 wib
.