Puisi yang Hilang




Image : mbludus.com 7 Mei 2021.





PUISI YANG HILANG 

1.
Pagi-pagi sekali,
Anak kalimat mencari induknya,
Ingin menanyakan kabar puisi. Sebab semalam ia tak kunjung pulang.

Sedang induk kalimat sedang sibuk-sibuknya menyiapkan sarapan.
Setelah pukul 7 tadi menyiram gagasan di halaman.
“Barangkali puisi terjebak di antara kebisingan kota, dan tidak tahu arah jalan pulang.” Kata sang induk sembari mengaduk-aduk adonan kenangan.
“Bukankah ia sudah hafal betul seluk-beluk jalan kota ini. Lagi pula ia bukan tipe pelupa.” Kata sang anak menimpali.
Ah, ini tidak memuaskan!

2.
Kemudian sang anak coba menggali pada kubangan kemunafikan.
Barangkali di sana ia temukan jejak puisi, yang tengah asyik bersenggama dengan alam.
Namun, hasilnya sama saja.
Puisi tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

3.
Sang anak lelah mencari. Padahal sebelumnya ia telah berjanji dengan puisi, untuk menemaninya menulis surat rindu, pada kekasihnya yang Rock n roll itu.
Tapi…
Ah sudahlah,
Sepagi ini sarapan api.

4.
Karena putus asa dan tak kunjung menemukan jejak puisi, sang anak akhirnya menyalakan kretek yang menggambarkan sepi, menyesap kopi buatan induknya, kemudian bergegas pergi ke kamar mandi.
Ketika membuka pintu, betapa kaget ia melihat puisi duduk sendiri di pojokan.

“Ah, di sini kau rupanya puisi. Pada jiwa yang tenang dan bau pesing kamar mandi.”




Samsul Hadi lahir di Labuhan Haji, Lombok Timur pada tanggal 17 Desember 1999. Aktif berkegiatan di Perpustakaan Jalanan Minor yang ada di daerah Lombok Timur. Cita-citanya pengen jadi mahasiswa tapi belum kesampaian hingga sekarang.




Sumber : 
  • Samsul Hadi, Puisi yang Hilang, mbludus.com 7 Mei 2021 


*





Respon Pembaca  



     Susunan naratif dalam “PUISI YANG HILANG” karya Samsul Hadi – https://mbludus.com/puisi-yang-hilang/ – berhasil mempersonifikasi sesosok ‘puisi’ tanpa banyak diribeti permainan-kata ataupun idiom. Ornamen suasana cukup sederhana, berlatar percakapan antara sang induk dan si anak. Langkah pencarian pagi itu membawa alir kegelisahan berakhir di sebuah ‘kamar bebersih’. Di situlah ditemukan onggokan kata yang bertanggung-jawab sebagai tubuh artikulasi sebuah puisi. Namun, tugas si anak (baca: misi penyair) kuharap belumlah usai. Ia musti mengolah puisi menjadi fakta atau pun kredo yang tidak tercemar bau pesing. [*21E09]

Salam,
Suhandayana 


* Muat di facebook.com/suhandayana 9 Mei 2021. 


.

La PERSADA Nusantara

La PERSADA Nusantara
LaPERSADA Group - icon

Kompilasi Grafis

Kompilasi Grafis
Images: ISTIMEWA