Karya Sastra Era Postmodern
Arsip | Review | Leksikon |
*
PUISI INDONESIA: DARI “MODERNISME” HINGGA “POSMODERNISME”
Dalam era modernitas ilmu pengetahuan dianggap kategori pokok yang mengatur dan menyatukan narasi-narasi lokal. Sains dianggap tunggal (metanarasi) yang memayungi sub-sub ilmu lain. Dua narasi besar (grand-narratives) muncul pada era modernitas, sejak tahun 1700-an, telah muncul untuk melegitimasi ilmu pengetahuan. Lubis (2014:131) menjabarkan bahwa narasi tersebut, pertama, adalah kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan dapat membawa umat manusia pada kemajuan (progress).
“Mitos politik” ini menjustifikasi sains sebagai alat untuk pembebasan dan humanisasi. Narasi kedua, menurut Lubis, bersifat filosofis dengan menggambarkan bahwa “subjek” yang sadarlah yang memungkinkan perkembangan ilmu pengetahuan itu. Sebagai reaksi terhadap peran keyakinan dalam menentukan kebenaran dalam abad Pertengahan, para pemikir modern menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh dipengaruhi oleh nilai religius atau kepentingan pribadi ilmuwan. Ilmu pengetahuan dikembangkan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, dengan demikian ilmu pengetahuan harus dijauhi dari bias subjektivitas, nilai moral atau kepentingan tertentu di luar pengetahuan itu.
Russell dalam Principles of Social Recontruction (2008:192) mengungkapkan hampir semua perubahan yang dialami dunia sejak akhir Abad Pertengahan disebabkan oleh penemuan dan penyebaran pengetahuan baru. Ini adalah sebab utama dari Renaisans, Reformasi, dan revolusi industri. Ia juga, secara langsung, menjadi sebab dari merosotnya agama dogma, studi atas teks-teks klasik dan sejarah gereja awal, astronomi dan fisika Copernican, biologi Darwinisme dan antropologi perbandingan, secara bergiliran mendobrak sebagian bangunan dogma Katolik, sehingga, bagi hampir semua kalangan pemikir dan praktisi, begian terbesar yang nampaknya masih bisa dipertahankan adalah jenis spirit batin, harapan yang samar-samar, dan semacam perasaan yang tidak pasti akan kewajiban moral.
27 Desember 2016 ... read more
*
Postmodern dalam Jejak Puisi: Cara Mudah Memahami Teori Postmodern
Muhammad Hayat | TEORI postmodern tak harus dihadirkan melalui konsep filosofis yang sukar dicerna, tapi dapat pula disampaikan dengan puisi-puisi indah yang enak dibaca. Hal inilah yang melatari Muhammad Hayat, dosen sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menulis buku “Postmodern dalam Jejak Puisi: Cara Mudah Memahami Teori Postmodern”.
Bagi Hayat, postmodern bermakna menghadirkan manusia sebagai subjek. “Selama ini, manusia telah kehilangan dirinya sebagai subjek dalam belantara modernitas,” kata Hayat saat peluncuran dan bedah buku yang berlangsung di heliped UMM, Jumat (10/4/2015).
Passion-nya terhadap dunia postmodern dalam perspektif Sosiologi Pembangunan dan kesukaannya membuat puisi ia padukan hingga terbitlah buku ini. Secara umum, buku karya Hayat ini berupaya mengangkat substansi postmodern dengan narasi puisi yang estetik.
“Saya melihat ada ruang gairah yang berbeda dan luar biasa di kelas ketika saya mengajar teori postmo dengan membacakan syair-syair,” paparnya. Dengan cara ini, ia ingin memberi pemahaman sederhana tentang teori postmodern tanpa kehilangan substansinya.
“Yang terpenting tidak kehilangan substansi,” jelasnya.
April 2015 | ... read more
*
Puisi Postmodernisme
(Pengertian, Keunikan, Kelebihan, Tips Membuat, dan Contohnya)
Oleh Tim Banjir Embun
Puisi postmodernisme adalah puisi jenis baru, setingkat di atas puisi kontemporer. Terjadi perdebatan yang mengatakan bahwa sebenarnya puisi kontemporer merupakan produk dari zaman Postmodern. Namun sebenarnya puisi postmodernisme adalah jenis puisi baru yang sama sekali berbeda dengan puisi kontemporer. Perbedaan yang nyata terletak pada gaya bahasa, yang mana gaya bahasa puisi postmodernisme lebih singkat, lebih padat, dan setiap kata memiliki makna yang ganda.
Seringkali puisi ini sangat sulit untuk dimaknai oleh pembaca sastra puisi yang masih pemula. Bahkan oleh yang ahli sekalipun. Jenis puisi ini merupakan puisi gaya baru yang tetap mengakomodasi tujuan penulisan sebagaimana yang ada pada puisi jenis lama. Puisi ini muncul dari perasaan atau jiwa (hati) penulisnya. Puisi ini tidak hanya merupakan puisi pembaharuan. Lebih dari itu, ia pembarunya pembaharuan. Menembus zaman dan menerobos keganasan zaman yang semakin mengalami perkembangan.
Jika kita telusuri lebih dalam, sesungguhnya puisi postmodernisme hadir bukan untuk mengkritik, menyindir, ataupun berkomentar tentang kejadian atau fenomena masyarakat. Namun kemunculannya lebih disebabkan karena adanya keluh kesah dalam diri sendiri yang kemudian dimunculkan dalam bentuk puisi. Keluh kesah ini murni dalam diri sendiri karena ketidaksanggupan mental, jiwa, dan hati yang mengalami kegundahan. Akibatnya, seringkali bingung mencari tempat pencurahan jiwa.
April 2013 | ... read more
*
buku | esai | novel | cerpen | puisi
08L09 edited 16L27